URAIAN MATERI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI
Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut :
Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan status / kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatankegiatan pemimpin secara langsung, meskip[un dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu
dilaksanakan dengan tepat.
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsifungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.
Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan, lebih-lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud yang sama dalam menyukseskan proses kepemimpinan namun secara definitif kita dapat menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan merupakan kerangka ideal / filosofis yang dapat memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan secara efektif dan efisien.
Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“task-related”) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (“group-maintenance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan kelompok lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.
Manajemen dan Organisasi
1) Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Atau lebih jelasnya manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentuakn, menginterpretasikan, dan pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).
Pola Umum Manajemen
• Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada administrasi;
• Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan unsur statik daripada administrasi yaitu organisasi ;
• Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen merupakan suatu proses dinamika yang meliputi fungsi planning, organizing, actuating dan lain-lain ;
• Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu ;
• Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana manajemen menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam organisasi ;
• Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan dengan seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.
2) Organisasi
Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan kerjasama (cooperative activities) dari dua orang atau lebih.
Menurut Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan pribadi yang berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan di dalam suatu system adminstrasi.
Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism yaitu suatu struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi hingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan orang terdiri dua bagian pokok yaitu bagian-bagian dan hubungan-hubungan.
Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan perlu diperhatikan, yakni :
• Bahwa organisasi bukanlah tujuan, mulainkan hanya alat untuk mencapai tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu susunan organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau perkembangan tugas pokok.
• Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal.
• Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam suatu organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang dinamakan bawahan.
Fungsi-Fungsi Organisasi :
• Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
• Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi ;
• Mencegah kesimpangan kerja ;
• Menentukan pedoman-pedoman kerja.
Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
• Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
• Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
• Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
• Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
• Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif dan efisien.
Unsur-unsur Organisasi :
Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang, kerjasama dan tujuan bersama.
KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja
Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim)
Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggungjawab terhadap rakyat. Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan bertanggungjawab terhadap asuhannya. Wanita adalah pengasuh di rumah suaminya dan bertanggungjawab pada asuhannya, pembantu adalah pengasuh harta majikannya dan bertanggungjawab pada asuhannya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim).
Dimensi Moral Kepemimpinan
Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk dirinya. Tidak merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki kepemimpinan itu. Apabila diberi tanggungjawab kepemimpinan, sementara dia lemah dan sanggup memikul, hendaknya dia menolak tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus memegangnya maka dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa, dan bila dia melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-nash berikut ini menjelaskan hal tersebut di atas :
• Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian akan berambisi memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan nanti pada hari kiamat. Alangkahnya bahagianya orang yang terus menyusui (melaksanakan tugasnya) dan alangkah buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya) “ (H.R Bukhari & Nasai)
• Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan
Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-sama dengan dua orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu Dzar Sesungguhnya kammu lemah dan tugas itu amanah dan (dapat mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali bagi orang yang mengambil dengan benar dan melaksanakan amanah yang diberikan kepada” (H.R. Muslim)
Kepemimpinan yang Efektif
• Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang organisasi.
• Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah wawasan tersebut.
• Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
• Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota untuk mencpai tujuan organisasi.
Ciri-ciri Pemimpin Islam
• Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada Allah
• Tujuan Islam secara menyeluruh
• Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
• Pengemban amanat / bertanggungjawab.
Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam
• Musyawarah
• Adil
• Kebebasan berfikir
Karakter Kepemimpinan Islam
• Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan waktu mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk Islam.
• Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada hasil, ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
• Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan anda terancam.
• Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja keras secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang cemerlang.
• Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi, jangan batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.
Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin
• Akhlak yang baik
• Memiliki daya imajinasi
• Berfikir menurut fungsinya
• Mampu bersikap adil kepada semua
• Memiliki banyak minat
• Bersikap sebagai pendidik
• Memiliki emosional yang matang
• Bersikap sebagai perencana
• Mampu menghormati diri dan orang lain
• Teguh, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi
• Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih
• Ekspresif (berbicara dan menulis)
• Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
• Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
• Setia kepada semua kepentingan
Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan tiga buah tipe dasar, yakni :
1) Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang memberikan perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara dogmatis dan selalu positif. Dengan segala kemampuannya, ia berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan jalan memberikan hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk seorang bawahan yang bekerja dengan baik (correct).
2) Tipe Demokratis atau Partisifasi
Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan / dikehendaki oleh pimpinan serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu.
3) Sedang pada tipe yang terakhir,
Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan memberikan suatu tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para bawahannya atau bersifat “Free rein” (Laissez Faire) di dalam segal tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka (para pemimpin ‘ laissez faire’) menganggap bahwa peranan meraka sebenarnya sebagai orang yang berusaha memberikan kemudahan (fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan jalan menyampikan informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.
Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah :
• Man (manusia)
• Material (bahan)
• Machine (mesin / alat)
• Methods (tata kerja)
• Money (uang)
• Market (pasar)
Unsur Manusia dalam Manajemen
Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan motor penggerak bagi sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human Resources “ maupun “Non Human Resources” dalam suatu organisasi.
Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan menurut tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1) Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Manajemen Puncak (Top Management)
• Manajemen Media (Middle Management)
• Manajemen Rendah (Lower Management)
2) Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan kerja “fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Admistrative Management, pada tingkat “Top Management
b) Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
c) Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”
Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggunakan kerja pikir daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya menentukan tujuan organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan kelompok pimpinan pada tingkat lebih rendah dan memikirkan hal-hal yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu “Manajerial Skill” lebih dibutuhkan.
Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya sehari-hari antara kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya dilaksanakan hampir serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada tingkat Supervisory Management, dalam tugasnya sehari-hari pimpinan lebih banyak mempergunakan kerja fisik dari pada kerja pikir. Untuk itu ia lebih banyak membutuhkan “technical Skills” daripada “Managerial Skills”.
ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN
Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni :
a. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk jalur” dan “bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk lini dipandang sebagai bentuk yang paling tua dan dipergunakan secara luas pada masa perkembangan industri pertama. Organisasi ini banyak dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan kecil.
Ciri-cirinya :
• Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
• Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua kegiatannya.
• Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin berkurang menurut jenjang.
• Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
• Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
• Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih sederhana.
• Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.
Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :
• Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.
• Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh semua pihak.
• Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
• Disiplin mudah dipertahankan.
• Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal mengenal.
• Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk mengembangkan bakat-bakat pemimpin.
b. Bentuk Lini dan Staf
Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor adalah merupakan orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika organisasi mulai membesar, maka semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu memberikan nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional lainnya. Orang-orang inilah yang biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf yang melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : (1) para penasihat dan (2) “auxilliary personnel”, bertugas melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme organisasi.
Ciri-ciri Pokok :
• Organisasinya besar dan kompleks.
• Jumlah karyawannya banyak.
• Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan di atas.
• Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun antara pemimpin dan bawahan.
• Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunakan secara optimal.
Kebaikan-kebaikannya :
• Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang melaksanakan kegiatan penunjang.
• Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang berbeda-beda.
• Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan mudah.
• Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
• Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasiyang lebih besar / kompleks.
Keburukannya :
• Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
• Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
• Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
• Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering agak membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini tidak selalu seirama dalam memandang sesuatu.
Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf ini, namun untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini lebih cenderung menggunakan bentuk lini dan staf.
c. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural, akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha swasta seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.
Kebaikan-kebaikannya :
• Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
• Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
• Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada umumnya tinggi.
• Moral serta disiplin kerja tinggi.
• Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah dijalankan.
Kelemahannya :
• Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.
• Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja
• Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu fungsi.
d. Organisasi Tipe Panitia
Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Maksudnya, pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang disebut “task force” atau satuan tugas.
Ciri-cirinya :
• Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
• Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan setelah kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia dibubarkan.
• Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
• Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggungjawab yang sama.
• Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satuan tugas (task force).
Keuntungan Tipe Panitia :
• Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena sudah dibicarakan secara kolektif.
• Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan kecil sekali.
• Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.
Kelemahannya :
• Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
• Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta pertanggung jawabannya melebihi dari yang lain.
• Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu orang pimpinan saja.
• Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan didasarkan pada kolektifitas.
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan manajemen untuk mengatur orang-orang tersebut, yang mana manajemen tidak akan berhasil apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin pun harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara Kepemimpinan, manajemen dan organisasi merupakan suatu sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat terpisahkan.
Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan faktor kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti dalam manajemen pendidikan. Maju mundurnya suatu organisasi banyak dipengaruhi oleh faktor kepemimpinannya. Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, transparan, cerdas, memahami tugas dan kewajibannya, memahami anggotanya, mampu memotivasi, dan berbagai sifat yang baik yang terdapat dalam diri seorang pemimpin. Ia sadar bahwa pemimpin memiliki arti sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain melalui keteladanan, nilai-nilai serta prinsip yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang yang mendapat amanah sebagai eksekutif akan menunjukkan nilai-nilai moral tersebut, sehingga mereka akan memimpin berdasarkan prinsip (principle centered leadership). Toto Tasmara (2002:196) menyatakan bahwa memimpin bukan hanya mempengaruhi agar orang lain mengikuti apa yang diinginkannya. Bagi seorang muslim, memimpin berarti memberikan arah atau visi berdasarkan nilai-nilai ruhaniah. Mereka menampilkan diri sebagai teladan dan memberikan inspirasi bagi bawahannya untuk melaksanakan tugas sebagai keterpanggilan Ilahi. Sehingga mereka memimpin berdasarkan visi atau mampu melihat dan menjangkau ke masa depan (visionary leadership).
Ariani (2003;95) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut yang secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya dengan keahlian dan intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk memelihara fleksibelitas dan memperkenalkan perubahan. Mereka cenderung menyukai perubahan dan mengangkap konflik adalah wajar, bahkan harus ada. Bagi pemimpin, kegagalan adalah hal yang biasa dan merupakan konsekuensi dari proses belajar. Apabila ia merasa gagal ia harus belajar dan berani mengakui kegagalannya. Pemimpin yang baik tidak hanya mengakui kegagalan yang ia lakukan tetapi ia berusaha keras untuk memperbaiki kegagalan yang pernah dilakukannya. Pemimpin yang berhasil ia selalu berfikir, berorientasi dan mengambil keputusan untuk jangka panjang dan bertanggung jawab. Mereka tidak memerintah dan mengendalikan pengikut, melainkan mengajak untuk melakukan yang terbaik, memberikan arahan dan kebebasan berkreasi pada pengikutnnya untuk mencapai tujuan bersama.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Wahjosumitdjo (1987;10) menyatakan bahwa apabila seseorang ingin mempelajari dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemimpinan, perlu lebih dahulu mengerti dan paham arti atau batasan istilah kepemimpinan.
Pengertian kepemimpinan yang dikutip oleh Paul Hersey dan Blanchart (1977;83-84) dalam bukunya “Management Organizational Behavior” adalah sebagai berikut :
1. Leadership is the activity of influencing exercised to strive willingly for group objectives (George P. Terry).
2. Leadership as interpersonal influence exercised in situation an directed, through the communication procces, toward the attainment of a specialized goal the goals (Robert T, Irving R. Wischler, Fred Nassarik)
3. Leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal (Harold Koonte and Cyril O’Donnell).
Menurut Hemheil and Coons (1957;7) bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktitvas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). Sedangkan menurut Rauch and Behling (1984:46) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs and Jacques, 1990:281). Lebih lanjut ditegaskan Kouzes dan Posner (1993:11) menyatakan “Leadership is a relationship, one between constituent and leader that is based in mutual needs and interest”. Sebagai hubungan antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin, maka kepemimpinan berlangsung atas dasar adanya saling membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka mencapai tujuan.
Wahjosumidjo (1987:11) menjelaskan bahwa bitir-butir pengertian dari berbagai kepemimpinan pada hakekatnya memberikan makna:
1. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti; kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability).
2. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3. Kepemimpinan adalah sbagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut dan situasi.
Sejalan dengan itu, kepemimpinan sebagai konsep manajemen oleh Stogdill (1974:57) dapat dirumuskan kedalam berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikitannya. Ia menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah: (1) suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham, (2) suatu bentu persuasi dan inspirasi, (3) suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh, (4) tindakan atau perilaku, (5) titik sentral proses kegiatan kelompok, (6) hubungan kekuatan/kekuasaan, (7) sarana pencapaian tujuan, (8) suatu hasil dari interaksi, (9) peran yang dipolakan dan, (10) sebagai inisiasi (permulaan) struktur. Ada empat bidang studi kepemimpinan, yaitu traits, behavior, situational dan power influence approach (Yuki, 1976;26).
Ada tiga pendekatan tentang studi kepemimpinan. Pertama, studi kepemimpian yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai sifat pemimpin, yakni dalam usaha menjawab pertanyaan “How one bocomes a leader”. Kedua, studi kepemimpinan yang menekankan kepada berbagai perilaku pemimpin, yaitu untuk memberikan jawaban atau pertanyaan “How leader behave”, dan Ketiga, studi kepemimpinan kontingensi, yaitu studi kepemimpinan yang hakekatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan “What makes the leader effective (Wahjosumidjo, 1987;12).
Lebih lanjut Feisal (1995:284) menyatakan bahwa kepemimpinan didalam islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan salah satu sub system dalam system Islam yang mencakup pangaturan seluruh aspek kehidupan secara principal. Islam mengatur niat-amal-tujuan sekaligus sumber kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilakukan melalui prinsip kepemimpinan, yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi yang dipimpin.
Quraish shihab (1996:159) menjelaskan bahwa Islam menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah diantaranya; imamah, ri’ayah, imarah, dan wilayah, yang semuanya itu pada hakekatnya adalah amanah (tanggung jawab). Nabi SAW bersabda: “Apabila amanat disia-siakan, maka nantikanlah kehancurannya”. Ketika ditanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya? “ Beliau menjawab: Apabila wewenang pengelolaan (kepemimpinan) diserahkan kepada orang yang tidak mampu.”
Hendaknya sejak dini pada setiap pribadi selalu ditanamkan suatu keyakinan bahwa dirinya terlahir sebagai pemimpin, sebagai mana sabda Rasulullah: “Setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan tentang kepemimpinannya”. (HR. Muslim). Menurut Quraish Shihab (1996:163) dalam Al-Qur’an ada perintah menunaikan amanat kepada pemiliknya, disusul dengan perintah menetapkan tentang putusan yang adil, kemudian dilanjutkan denga perintah taat (taqwa) kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri.
Memahami pengertian tentang kepemimpinan dari sudut pandang para pakar akan memberikan gambaran bahwa kepemimpinan merupakan suatu peran yang sangat penting dalam manajemen pendidikan. Berbagai pengertian, konsep, teori, dan praktek kepemimpinan dalam manajemen pendidikan bertujuan agar pendidikan dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan menuntut kepemimpinan yang efektif. Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalah bagaimana ia mampu berperan secara efektif dalam mendoronng dan pelopor perubahan organisasi menuju organisasi yang bermutu. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari anggota hanya akan muncul serta berkelanjutan ketika pemimpinny benar-benar bermutu atau unggul. Dalam buku Technology in Educational Change karangan David F. Salisbury (1996;146) menyatakan “Without quality leadership and skillful managent, even the ideas are never implemented. Without good management and on going support for their leaders, those lower in the organization become disillutioned in time, cease to continue the change effort”.
Peran kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah akan maju apabila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner, memiliki keterampilan manajerial, serta integritas kepribadian dalam melaksanakan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai iklim organisasinya (Syafarudin, 2002;50).
Kepala sekolah akan dapat memainkan perannya dengan efektif apabila memahami budaya yang berorientasi kepada mutu harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus memainkan kepemimpinan yang demikratis, transparan, jujur, bertanggung jawab, menghargai guru dan staff, bersikap adil dan terpuji yang tertanam dalam diri dan dirasakan oleh warga sekolahnya. Krpala sekolah terbuka menerima kritik ddan masukan dari guru, staf TU, para siswa dan orang tua tentang budaya yang berkembang disekolah.
Budaya sekolah ini berkaitan dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang masa depan sekolah. Kepala sekolah yang memiliki visi untuk menghadapi tantangan sekolah dimasa depan akan lebih sukses dalam membangun budaya sekolah. Zamroni (2000:152) menegaskan bahwa untuk membangun visi sekolah ini, diperlukan kolaburasi antara kepala sekolah, guru, orang tua, staf ADM dan tenaga professional. Budaya sekolah akan baik apabila: (a) kepala sekolah dapat berperan sebagai model, (b) mampu membangun tim kerjasama, (c) belajar dari gur, staf, dan siswa, (d) memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan. Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan sekolah yang spesifik tersebut. Karena, akan member perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai problem yang terjadi disekolah. Dengan dapat memahami permasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya budaya mutu di sekolah.
Kepemimpinan mutu pendidikan akan mempu menggerakkan organisasi agar program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama dapat tercapai. Demikian pula dengan gerakan mutu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau menumbuhkembangkan budaya mutu (quality culture) harus ditopang oleh peran kepemimpinan yang bermutu. Sallis(1993:86) menyatakan bahwa “Leadership is the esensial ingredient in TQM. Leader must have the vision and be able to translate it into clear policies and aspesific goals”. Sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu, seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya harus memiliki visi dan dapat memindahkannya kedalam kebijakan-kebijakan yang jelas dan tujuan khusus organisasi. Kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu mempengaruhi annggotanya menuju kepada kemajuan dan sekaligus mendapat dukungan yang kuat dari anggota-anggotanya. Kouzer dan Posner (1993:94) menjelaskan “There is no leadership without someone following”. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan organisasi tidak akan berjalan tanpa peran staf (anggota). Seorang pemimpin tidak terkecuali kepemimpinan manajerial dalam organisasi, untuk mencapai satu tujuan tidak bekerja sendirian. Pemimpin yang bermutu mampu membagi tugas-tugas pada anggotanya sesuai denga keahliannya, menjelaskan tujuan dan program, mempengaruhi dengan cara terbaik, memberikan keadilan, kreatif, proaktif dan memberikan keteladanan dalam bersikap dan berkata-kata.
Kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan disekolah. (Syafaruddin, 2002:56).
Dalam era persaingan global ini peranan pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi. Peranan pemimpin menurut hasil penelitian Henry Mintzberg (1997;84) adalah sebagai berikut :
a. Peranan yang bersifat interpersonal. Dalam fungsi yang bersifat interpersonal yang meliputi 3 macam peran yaitu: (1) figurehead yakni sebagai pemimpin suatu organisasi kadang-kadang harus tampil dalam berbagai upacara resmi dan undangan, misalnya hadir dalam upacara anggota stafnya, menghadiri beberapa upacara pelantikan dan sebagainya, (2) berperan sebagai leader (penggerak) harus mampu memberikan bimbingan sehingga bawahan dapat dibina dan dikembangkan dalam pelaksanaan tugas, (3) berperan sebagai liaison (penghubung) untuk mengembanngkan hubungan kerjasama, bukan hanya dengan bawahan melainkan dengan lingkungan kerja diluar satuannya dalam satuannya untuk saling tukar menukar informasi.
b. Peranan yang bersifat informasional. Menerima dan menyampaikan informasi adalah peranan penting bagi setiap manejer, sebab dalam setiap pengambilan keputusan manajer perlu informasi. Ada tiga macam peranan yang bersifat informasional yaitu: (1) peranan sebagai pemonitor dalam arti setiap manajer harus selalu mengikuti dan memperoleh segala macam informasi seluruh proses kegiatan disatuan kerjanya, (2) peranan sebagai disseminator, seorang manajer harus selalu memberikan informasi kepada bawahannya tentang setiap hal yang berkaitan dengan satuan kerjanya. Hal ini penting agar para bawahan selalu dapat mengikuti setiap program dan perubahan yang terjadi dilingkungan kerjanya, (3) peranan sebagai juru bicara.
c. Peranan sebagai pengambil keputusan. Dalam pengambilan keputusan setiap manajer dapat berperan sebagai (1) entrepreneur, (2) mampu mengatasi segala macam kesulitan (disturbances handler), (3) mampu mengatur segala macam sumber yang ada, dan (4) mampu mewakili dalam setiap hubungan kerja dengan satuan kerja lainnya.
Dalam pandangan Peters dan Austin yang dikutip oleh Syaperuddin (2002:57) menyatakan bahwa kepemimpinan untuk meraih mutu dalam sekolah sangat unggul yang perlu diperhatikan oleh pemimpin pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Vision and symbolic. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai lembaga terhadap staf, pelajar-pelajar dan masyarakat luas.
2. Management by walking about (MBWA), yaitu suatu cara bagi pemimpin untuk memahami, berkomunikasi dan mendiskusikan proses yang berkembang dalam lembaga denngan tidak hanya duduk dibelakang meja kerjanya.
3. For the kids, yaitu perhatian yang sungguh-sungguh kepada semua anggota lembanganya, baik pelajar (primary customer) maupun pelanggan lain.
4. Autonomy, experimentations, and support for failure, yaitu memiliki otonomi, suka mencoba hal-hal baru, dan memberikan dukungan bagi setiap inisiatif dan inofatif untuk memperbaiki kegagalan.
5. Create a sense of family, yaitu cara untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan diantara sesame guru, pelajar, karyawan dan staf kepemimpinan lainnya.
6. Sesnse of the whole, rhytme, passion, intensity and anthusias, yautu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi diri setiap staf.
Seorang pemimpin (leader) yang memiliki visi akan menentukan masa depan lembaga pendidikan. Sebagaimana ditegaskan Snyder, dkk (1984:18) bahwa “To a leader, vision is a reality that has not yet come to be; it is not a dream. This vision reflects a depth and breath of understanding that enables one to detect patterns or trends as they unfold, and it guides a leadwr through the present and into the future.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa visi memang belum menjadi kenyataan, tapi visi bukanlah mimpi. Visi menyatakan kadalaman dan keluasan pengertian yang dapat mendeteksi bentuk dan kecenderungan sebagai sesuatu yang membentangkan dan membimbing pemimpin memasuki hari ini dan masa depan.
Sebagai upaya dalam melakukan perubahan budaya, terutama terhadap mutu produk dari sebuah organisasi atau bisnis, peranan kepemimpinan sangat strategis. Ditegaskan oleh Kouzaer dan Posner (1993:31) bahwa “Leader makes the difference”. Sebuah lembaga pendidikan akan mengalami peribahan dalam menciptakan mutu kelulusan dengan kepemimpinan pendidikan yang berhasil.
Untuk mewujudkan perbaikan mutu pendidikan berkelanjutan, maka yang diperlukan adalah pemimpin yang tidak hanya berhasil (success), tetapi juga efektif (effectife). Pimpinan yang efektif dalam organisasi pendidikan adalah mereka yang memberikan pengaruhnya dan orang lain bergerak kearah tujuan secara sukarela dan senang tanpa merasa terpaksa. Pengaruh ini berkelanjutan untuk mewujudkan mutu pendidikan, sehingga kinerja sekolah dapat dirasakan para pelanggan pendidikan dari lulusan yang bermutu.
Berkaitan dengan kepemimpinan ini, Blanchard (1988:130) menegaskan “If managers are both successful and effective, their influence tends to lead to longrun productivity and organization development”. Pengembangan organisasi dan produktifitasnya dicapai dari buah kepemimpinan yang efektif. Hal ini akan melahirkan mutu secara berkelanjutan dalam lembaga pendidikan.
Michigan menggambarkan kepemimpinan yang efektif, sebagaimana dikutip oleh Wahab (1987:67) menyatakan sebagai berikut:
1. Para pemimpin efektif membina hubungan dengan bawahan yang sifatnya membantu serta meningkatkan rasa harga diri pengikutnya.
2. Para pemimpin efektif lebih menekankan pada supervise dan pengambilan keputusan pada kelompok dan bukannya pada pribadi-pribadi.
3. Para pemimpin yang efektif cenderung menetapkan tujuan-tujuan yang dapat mencapai hasil yang besar.
Dalam pandangan Hoy dan Miskel (1983:78) menyatakan bahwa pendekatan kontingensi melihat keefektifan pemimpin terletak pada kesesuaian antara karakteristik kepribadian pemimpin dengan variable situasional yang meliputi struktur tugas, posisi kekuasaan, keterampilan dan sikap bawahan. Lebih lanjut Friedler (1973:73) menegaskan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena keadaan yang bersangkutan berada pada tempat dan situasi yang tepat atau karena berbagai faktor seperi umur, pendidikan, pengalaman serta latar belakang keluarga dan kekayaan.
Kajian tentang efektivitas kepemimpinan telah menarik perhatian para pakar organisasi organisasi dan para pemimpin khususnya. Para pakar ataupun peneliti mencoba melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektifitas pemimpin dalam memimpin. Reitz (1981:71) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin meliputi : (1) kepribadian (personality), pengalaman masa lalu, dan harapan (2) harapan dan pperilaku atasan, (3) karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, (4) kebutuhan tugas, (5) iklim dan kebijaksaan organisasi, dan (6) harapan dan perilaku rekan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pengharapan dan perilaku atasan (2)
Kepribadian, Pengalaman, Efektivitas Kebutuhan Tugas
Masa lalu, dan Harapan Kepemimpinan (4)
(1)
Iklim dan Kebijakan Organisasi Harapan dan Perilaku Rekanan
(5) (6)
Karekteristik, Harapan, dan Perilaku bawahan
(3)
(Sumber: Reitz (1981), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin, disarikan dari Nanang Fattah, 1996:99)
Penggambaran tentang kepemimpinan secara komprehensif telah dilakukan oleh Stogdill (1974) dalam (Fattah, 1999) dan mitranya dari Ohio State dengan mengajukan dua belas dimensi kepemimpinan. Kesemuanya itu dikelompokkan pada komponen-komponen yang bersifat umum disebut perilaku pada system (system iriented) dan perilaku yang berorientasi pada orang (person oriented). Sedangkan system kepemimpinan Likert dalam Stone (1996:72) menyusun mode efektivitas kepemimpinan menjadi empat tingkat yaitu:
1. System orientatif eksploitif, cirinya dalam membuat semua keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan memerintahkan bawahan untuk melaksanakannya.
2. System otoriytatif benevolent, cirinya masih member perintah-perintah tetapi bawahan masih masih mempunyai kebebasan tertentu untuk mengomentari perintah.
3. System konsultatif, cirinya menetapkan tujuan dan member perintah umum setelah dibahas bersama bawahan.
4. System partisipatif, cirinya tujuan ditetapkan dan keputusan dibuat oleh kelompok (system ideal)
Menurut Covey (1997:26) dalam bukunya “The Principle Centered Leadership” seorang pemimpin yang efektif memiliki prinsip-prinsip dalam membangun organisasinya. Prinsip adalah bagian dari kondisi, kesadaran dan suara hati. Prinsip dapat menimbulkan kepercayaan dan merupakan kompas yang menunjukan arah, panduan yang tidak berubah.
Prinsip muncul dalam bentuk ide, nilai, norma dan ajaran yang meninggikan, memuliakan, memberdayakan dan member inspirasi kepada manusia. Prinsip juga merupakan pusat atau sumber utama system penunjang hidup yang ditunjukan oleh empat dimensi dasar yaitu rrasa aman, panduan, sikap bijak dan kekuatan.
Dalam hal ini Covey (1997:27-37) menguraikan prinsip-prinsip seorang pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Selalu belajar terus-menerus. Seorang pemimpin selalu belajar dengan membaca, menulis, maupun melihat dan mendengar. Bahkan dari pengalaman yang baik maupun yang buruk dapat digunakan sebagai sumber belajar. Dengan kata lain pemimpin selalu mengikuuti pelatihan baru dan mengembangkan keterampilan baru.
2. Berorientasi pada pelayanan. Seorang pemimpin tidak hanya dilayani tetapi mampu melayani semua pihak. Karena prinsip pemimpin yang berprinsip bukan pada karier tujuan akhitnya tetapi pada pelayanan. Dalam melaksanakan pelayanan hatus mengacu pada prinsip pelayanan prima.
3. Memancarkan energy yang positif. Setiap orang memiliki suatu energy dan semangat. Penggunaan energy yang positif dilandasi dengan hati dan semangat mendukung keberhasilan seseorang. Untuk mencapai kepemimpinan yang baik diperlukan energy yang positif. Seorang pemimpin harus mampu dan sanggup bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu dan kondisi yang tidak menentu sekalipun. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki energy yang positif.
4. Mempercayai orang lain. Seorang pemimpin harus mampu memberikan kepercayaan kepada orang lain termasuk kepada bawahannya. Sehingga bawahan termotivasi untuk bekerja lebih baik. Namun dalam mempercayai orang lain perlu disertai unsure kewaspadaan.
5. Hidup seimbang. Seorang pemimpin harus mampu membuat keseimbangan antara tugas dan berorientasi pada kemanusiaan serta keseimbangan diri antara pekerjaan dan kemampuan untuk berolahraga, istirahat dan refresing. Keseimbangan juga berartikeseimbangan hidup di dunia maupun kehidupan akhirat.
6. Melihat hidup sebagai petualangan. Kata petualangan sering menjadi konotasi negative. Petualangan dalam pengertian ini adalah mampu menikmati hidup dengan segala konsekuensinya. Karena hidup adalah suatu petualangan, maka pemimpin yang memiliki jiwa petualangan akan memiliki rasa aman yang datang dari dalam dirinya sendiri. Rasa aman terletak pada inisiatif, keterampilan, kreativitas, kemauan, keberanian, dinamika dan kecerdasan.
7. Sinergistik. Orang-orang berprinsip selalu sinergik dan merupakan katalis perubahan. Dia selalu memperbaiki kelemahan-kelemahan dirinya dengan kekuatan orang lain. Sinergi adalah bekerja sama (working together) yang saling menguntungkan kedua belah pihak, atau menurut The New Broiler Webster International Directonary yang disebut dengan sinergi adalah setiap usaha kerja sama dari berbagai instansi yang berlainan yang membawa hasil lebih efektif daripada bekerja sendiri-sendiri. Seorang pemimpin harus mampu melaksanakan sinergi dengan siapa saja, baik dengan atasan, teman sejawat maupun bawahannya.
8. Selalu berlatih untuk memperbaharui diri agar mampu mencapai prestasi yang tinggi. Oleh karena itu orientasinya bukan hanya produk saja tetapi juga berorientasi pada proses. Proses ini meliputi unsur-unsur yang berkaitan dengan (a) pemahaman terhadap materi, (b) perluas cakrawala materi, (c) mengajarkan materi pada orang lain, (d) menerapkan prinsip-prinsip, dan (e) pemantauan hasil.
Untuk mencapai kepemimpinan yang berprinsip ternyata tidak mudah karena terdapat beberapa hambatan-hambatan yang berupa kebiasaan buruk diantaranya, yaitu: (1) selera dan nafsu, (2) kesombongan dan kepura-puraan, (3) aspirasi dan ambisi. Manajemen pendidikan agar berhasil mencapai tujuan yang efektif dan efisien apabila peran kepemimpinan pendidikan ini memiliki dan menerapkan berbagai prinsip dan nilai-nilai luhur kepemimpinan yang mewarnai kepribadiannya.
KESIMPULAN
Manajemen pendidikan sebagai ilmu, seni maupun proses memiliki pengaruh yang penting dalam membangun sistem pendidikan nasional. Fungsi dan prinsip manajemen pendidikan apabila diaplikasikan dalam sistem pendidikan nasional akan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien (produktif).
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang bermutu, maka peran kepemimpinan pendidikan yang efektif dengan berbagai sifat dan karakteristiknya sangat dibutuhkan dalam manajemen pendidikan di Indonesia. Kepemimpinan pendidikan memiliki peranan yang sangat esensial dalam membangun, memberdayakan dan meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemimpin-pemimpin pendidikan sebagaimana yang telah dikonsepsikan di atas, benar-benar menjadi suatu kenyataan dalam level makro, meso maupun mikro. Kepemimpinan yang professional didukung oleh manajemen pendidikan yang bermutu akan melahirkan institusi pendidikan yang bermutu pula.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Lepawsky. (1960). Administration, the Art and Science of Organization and Management, New York: Alfred A Knopf.
Covey, S. R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People, (terjemah): Jakarta: Gramedia.
Dasuki, Dudung A, dkk. (1994). Wawasan Dasar Pendidikan dan Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan, dalam Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Jurusan Adpen.
Dauglass, Hart R. (1963). Modern Administration of Secondary, Boston: Ginn & Company.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen. (1999). Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Depdikbud.
Etmizoni, Amitai. (1982). Organisasi-organisasi Modern, Jakarta: UI dan Pustaka Brajaguna.
Fattah, Nanang. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah, Bandung: Andira.
Friedler, F.E and Chemer, M.M. (1973). Leadership and Effective Management, Gleinview: Scoot, Fooreman and Company.
Gaffar, Mohammad Fakry. (2004). Membangun Pendidikan Nasional Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Martabat Bangsa Indonesia, Bandung: UPI Press.
Hack, Walter G, et.al. (1968). Educational Administration, Selected Reading, Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Koonntz Harol, Cyril O’Donnel, Heinz Weihrich. (1986). Manajemen, Jakarta: Penerbit: Erlangga.
Lipham, James M. and James Hoek Jr. (1974). The Principalship, Foundation and Funcion, New York: Harper and Row, Publisher.
Sallis, Edward. (1993). Total Quality Management in Education, London: Cogan Page Lmt.